Al’Hadhonah, Masjid Tertua di Toba

Imran Napitupulu [Sejarah dan Pengembangan Agama Islam di Balige]

Suatu hari, tanggal 3 maret 1910 seorang pedagang, pemeluk agama Islam bernama Djahoeat Napitupulu (Ayah kandung Mara Qodim Napitupulu), datang ke Balige. Beliau berasal dari Sibolga. Kemudian, bersama tokoh Islam lainnya, mengembangkan syiar agama di kota yang kental nuansa budaya adat Batak dan filosophy dalihan na tolu.
Diduga, orang pertama yang membawa ajaran agama Islam ke Tobasa, adalah Lobe Sangajo Napitupulu dari Balige, dan Lobe Leman Tampubolon dari Sibala Hotang. Keduanya merupakan perintis dan pembawa ajaran Islam di kota ini, sembari menjalankan usahanya, sebagai pedagang pada masa itu.


Zaman dulu (jadul), nenek moyang kita hidup dalam kekafiran (hasipelebeguon). Kehidupan para leluhur, sangat mudah dipengaruhi Belanda. Sehingga, sering terjadi perkelahian (perang) antar kampoeng yang disebut “harajaon mangalo harajaon, huta mangalo huta”. Dan akhirnya, bangsa kita khususnya daerah Batak (Tapanuli) mudah dikuasai penjajah. Alhamdulillah. Tuhan maha pengasih lagi maha penyayang.
Pelaksanaan ibadah sholat bisa ditunaikan pada saat yang ditentukan di mana saja. Namun, masjid adalah merupakan lingkungan yang terbaik. Bangunan yang pertama didirikan untuk beribadah adalah Masjid’il-Harom. Didirikan nabi Ibrahim as. dengan anaknya Ismail as.
Para khalifah terdahulu, mengikuti sunnah Rasulullah saw mendirikan masjid, sebagai tempat bagi ummat muslim beribadah. Dengan kedudukan sejajar. Tanpa suatu perbedaan apapun juga. Sebab, kedudukan manusia di hadapan Allah sama saja. Tidak dibedakan antara “penjahat dan penjahit”, antara “kopral dan jendral” kecuali dibedakan oleh keimanan dan ketaqwaannya.
Suatu hari, tanggal 3 maret 1910 seorang pedagang, pemeluk agama Islam bernama Djahoeat Napitupulu (Ayah kandung Mara Qodim Napitupulu), datang ke Balige. Beliau berasal dari Sibolga. Kemudian, bersama tokoh Islam lainnya, mengembangkan syiar agama di kota yang kental nuansa budaya adat Batak dan filosophy dalihan na tolu.
Diduga, orang pertama yang membawa ajaran agama Islam ke Tobasa, adalah Lobe Sangajo Napitupulu dari Balige, dan Lobe Leman Tampubolon dari Sibala Hotang. Keduanya merupakan perintis dan pembawa ajaran Islam di kota ini, sembari menjalankan usahanya, sebagai pedagang pada masa itu.
Orang yang mula-mula masuk menjadi pemeluk agama Islam, yaitu Thomas gelar Djabadullah Napitupulu, Mandjo gelar Djalendo Napitupulu dan Lobe Taat Napitupulu. Kemudian masuk jugalah Johannes Nainggolan (H. M. Nainggolan), menjadi Imam di masjid Al’ Hadhonah. Asalnya dari Sosor Tangga Siahaan Balige.
Setelah itu, Bapak Lobe Tinggi Pardede (H. A. Halim Pardede) masuk memeluk agama Islam. Kemudian, diberangkatkan mengaji ke Padang Sidempuan selama 3 tahun. Selanjutnya, ajaran agama ini berkembang di Kabupaten Simalungun, tepatnya di Kecamatan Parapat.
Melihat perkembangan ajaran agama Islam yang cukup pesat saat itu, masuklah Djaumar Simanjuntak (H.Umar). Beliau ini dulunya berasal dari keluarga datu-datu. Seterusnya, mereka mengajak Dja Solim Simanjuntak (H. Solim), Dja Isak gelar guru Lempang Tampubolon, Dja Padang Pangaribuan dan Dja Sudin Hutagaol dari Mejan. Beliau-beliau inilah yang kemudian menjadi muballigh dan mendirikan masjid yang ada di Mejan sekarang. Lalu, masuklah H. Selamat dari Simanjuntak Hutabulu.
Begitulah, Agama Islam terus menerus diperjuangkan. Hingga mencapai 150 rumah tangga. Meliputi Mejan, Simarmar, Parsuratan, Simanjuntak, Hinalang, Tambunan dan Kota Balige sekitarnya. Atas upaya yang dilakukan Alm. Lobe Leman Tampubolon, didapatlah izin dari Residen Tapanuli tertanggal 2 Januari 1918, untuk mendirikan masjid. Sayang, beliau tidak sempat membangunnya, karena dipanggil Allah swt, tanggal 22-3-1922.
Perjuangan untuk mendirikan masjid tetap diteruskan. Yaitu, dengan terbentuknya suatu organisasi Komite Masjid Balige, tahun 1923. Anggotanya yaitu, H. A. Manap (sebagai Presiden), H. A.H. Pardede (sebagai Vice Presiden), H. M. Nawawi Nainggolan (sebagai Sekretaris dan Kasir), H.Selamat dan H.Umar (sebagai Anggota)
Alm. Mara Qodim Napitupulu (gelar Ompu si Rani Napitupulu), dulu sering bertindak sebagai Imam, ataupun khotib di Masjid ini. Bersama beberapa tokoh dan sesepuh lainnya, mengumandangkan syiar agama. Tentu, dengan keterbatasan serta kemampuan yang mereka miliki. Pesan “amar ma’ruf nahin munkar” disampaikan, mengajak berbuat kebajikan, dengan senantiasa menjauhi kezholiman.
Diperkirakan tahun 1890, atau kemungkinan beberapa tahun sebelumnya, telah berdiri Musholah di Balige. Tempat beribadah generasi Lobe Sangajo Napitupulu. Selanjutnya, beliau meminta kepada ayahandanya, Raja Marsait Bodil sebidang tanah berukuran 15x20m2 untuk didirikan Musholah.
Dari sinilah kemudian, bangunan musholah berkembang menjadi Masjid. Waktu itu, panitianya Pak Untung (bertugas sebagai kepala cabang BNI Balige). Sekretaris Ustz. Arso, SH (sekarang Hakim Pengadilan Agama Medan). Sementara, Bendahara adalah H.A. Harahap. Berkisar tahun1964 Ustz. Syamsudin Simangunsong, menjadi Imam tetap di Masjid Al’Hadonah yang merupakan masjid tertua di kota ini. Mereka adalah penggagas, sekaligus pelaksana ulet dalam membangun.
Di satu kota kecil biasa disebut Balige Raja,. ternyata banyak tokoh berperan menghidupkan syiar Islam di sini. Kerinduan mereka akan ajaran kebenaran, bukan hanya merupakan usaha secara terka-terkaan dan membabi buta. Sebab, untuk melihat yang hakikinya tak dapat mereka jangkau.
Mereka, orang-orang pilihan. Mendharma-baktikan diri,.demi pemenuhan sebuah keinginan. Ingin berbuat yang terbaik di bona pasogit-nya. Kehadirannya, tidak muncul satu demi satu. Akan tetapi secara total, selama masa yang berkepanjangan, hingga tugas mulia yang merupakan panggilan jiwa bisa terlaksana.

(Sumber dirangkum dari catatan sejarah pengembangan Agama Islam dan Pendirian Masjid Alhadhonah Balige)

39 tanggapan untuk “Al’Hadhonah, Masjid Tertua di Toba

  1. Horas..
    Jonok jabukku do mesjid on.
    Kerukunan umat beragama di wilayah kami ini, sangat bisa dijadikan contoh tingginya toleransi dan kerukunan umat beragama di kota kecil yg bernama, Balige.
    Horas

  2. Membaca tulisan diatas sungguh menggambarkan karakter maupun sifat manusia zaman dulu dgn manusia2 zaman sekarang. Zaman dulu orang2 selalu bergotong royong untuk membangun rumah ibadh, jalan, sekolah maupun prasarana2 lainnya. Coba kita bandingkan dgn manusia2 zaman sekarang ini, melakukan kebaikan karena cenderung ada udang di balik batu.

    Appara Imran Napitupulu!
    Saya Napitupulu Dari Balige (Muliaraja) dan sekarang tinggal di Jakarta.
    Saya ingin bertanya :
    Apakah Tokoh yg disebut dalam tulisan appara (Oppu Si Rani) adalah oppung dari si Abbas Napitupulu (Pemuda Paradduhur yg diwariskan Ayahnyanya) dari kota Balige. Kalau betul dimanakah dia sekarang ? Walaupun umur saya cukup jauh berbeda dgn dia, tapi saya cukup dekat dgn dia. Saya jadi teringat waktu dia bawa ke Muara, Porsea, Samoser, cuma untuk mencari seekor burung adduhur yg belum juga tentu dapat.

    Horas dan Mauliate
    Rim Marluat Napitupulu

  3. Setidaknya mereka sudah berusaha sekuat tenaga 🙂 untuk menyebarkan ‘kebenaran’ yg anda maksud 🙂 Kharisma Nommensen di tanah Batak tidak akan terlampaui, dan menurut hemat saya tanah Batak maju pesat karena beliau.

  4. Di hampir semua tanah Batak yg mayoritas penduduknya beragama Kristen, umat muslim selalu berusaha membangun masjid di tengah kota dan mencolok perhatian (sebut saja Balige, Porsea, Tiga Balata dan Parapat), mereka punya karakter membangun bangunan berkubah itu di alur pintu masuk (ibaratnya supaya semua orang bisa melihat), ajaibnya para penganut Kristen tidak pernah ambil pusing dgn itu 🙂

  5. Thank’s to partalitoruan

    Dingkan dia ma tahe jabumuna ? alana, bagas nami pe, tong do jonokni masjid on. lapatanna, tetangga do hita

    Hurang lobi, boi ma dohonon : kerukunan antar umat beragama di bona pasogit, tarsongon hinauli ni warna pelangi, alana, kaleur ni pelangi i, gabe bagak jala uli, ikkon na “UTUH” do

    molo warna na rara memisahkan diri, na balau dang binoto manang tu dia lao jala na kuning tinggal sendiri
    suang songoni dohot warna na asing, dang gabe mangkorhon haulion be pelangi, onteng hinorhon ni, tapasada ma rohanta tapareak ma sude angka na denggan

    ( santabi ma jo, molo boru Hutabarat, jonok ni masjid da so, boruni Lae S.Hutabarat, tubu ni ito R. br Simanjuntak do hamu ??? )

    ~nasida na dua on apala dongan-dongan saparmeaman hinan do uju di haposoon, nahinan.

    Horas ma.

  6. Lae, Toga Christian Silaen

    Terima kasih,

    Boleh jadi, masjid Al’Hadhonah didirikan persis di pusat kota di Balige
    Mungkin karena orang-orang tua yang mula-mula membawa ajaran Islam dan menyebarkannya di Balige, kebanyakan dari marga Napitupulu.
    Kampungnya Napitupulu, ya.. itu, pas di tengah-tengah kota Balige. Dekat onan Balerong.
    Napitupulu itu bagian dari Sonak Malela. Turunan Raja sibagot ni Pohan. Asalnya dari kota Balige.
    Kalaupun ada masjid lain didirikan di tano Batak (dibangun di tengah kota seperti yang Lae tulis), orang-orang tua kita terdahulu mungkin punya pertimbangan tertentu.
    Kerukunan umat beragama di bona pasogit ~ sangat membanggakan ~ (seperti ditulis ‘partalitoruan’)
    Bahkan, untuk membangun masjid Al’Hadhonah Balige, orang-orang tua dari kampung Napitupulu Bagasan ikut bergotong royong. Bahu-membahu. Rame-rame angkat pasir dan batu dari sungai Aek Alian. Termasuk yang “NON MUSLIM”. Banyak yang berpartisipasi. Di antaranya, ompung (nenek~nya) Letjen T.B.Silalahi. (itu dikatakan ‘sang jenderal’, sewaktu acara buka puasa bersama dengan umat Muslim Tobasa, yg digelar hampir setiap tahun)
    Mereka (orang-orang tua) itu, sangat memahami ajaran agama. Terutama, dalam memperlihatkan indahnya rasa kebersamaan dalam kerukunan antar umat bergama.
    Agak berbeda dengan orang muda seperti kita sekarang.

    Horas.

  7. Ampara, Rim Marluat

    Toho do i ampara. Anggikku do si Abbas. Jala di Batam do nasida saonari. Laos di si mangalului parngoluon siapari.
    Ginurathon pe tarsingot tu barita ni masjid al’Hadhonah dohot penyebaran ni agama Islam di Balige, ndada pola holan nalaho pabangga-banggahon tokoh-tokoh agama marga Napitupulu. Dang apala tung i sangkap ni roha. Holan asal ma gabe mangkorhon parbinotoan tu angka natorop i. Hira tungi do.

    Udut tusi, adong na laho sidohonon, ampara. Nian nga manang piga-piga hali ditulis ampara komen tu angka artikel na hugurathon. Hape, on do pe hea, gabe marsitandaan hita. Nauli i ma.
    Mauliate, ampara.
    Horas.

  8. Ima haulion ni parngoluon ni halak Batak na balga i jala na tarbarita i. Suku Batak adalah salah suku yg benar2 unik (dalam arti positif ). Orang Batak sangat demokratis dan toleran. Dalam bertindak kapan dan dimanapun orang Batak tdk pernah lepas dari adat dalihan natolu. Nalihan natolu lah yg mengikat dan mempersatukan orang batak dalam satu kesatuan yg sangat demokratis. Orang Batak tidak mempersoalkan hal2 yg berbau SARA karena orang batak sudah hidup dalam suatu sistim demokrasi dalihan natolu. Inilah yg membedakan orang batak dari suku2 yg lain. Dalam hidup orang batak bagaimana mungkin saya tdk somba mar hula2, tdk elek marboru, tdk manat mardongan tubu, walaupun contohnya mereka berbeda agama dgn saya????

  9. @Tulang Imran Napitupulu
    Ido tulang, toho hian. Au boru na si nomor dua ma.
    Sian dia ittor boi iboto tulang?
    Horas

  10. molo kebetulan pe mesjid dibangun di tengah kota dangporlu masalahononhon i ai naboi do nasida mandapot tano di tonga-tonga ni kota.
    Naporlu unang ditiga-tigahon Agama sotung gabe lumlam sude.
    Di tong-tonga ni Jakarta pe adong do Gareja nang pe halak Betawi namarugamo Islam mayoritas jala penduduk pribumi ni Jakarta.
    Nuaeng do pajongjong rumah ibadah marsurat ijin, hinilala angha natua-tua i nahinan dang persoalan didia pe dipajongjong rumah ibadah jadi hita pe unang ma pola tapersoalhon i asal ma unang dipaksa hita tu ugamona.

    Untuk apa kita mempermasalahkan mesjid dibangun di kota atau di pinggir kota aya aya wae Itu aja kok repot. 😉

    Horas.

  11. Horas,
    Salam kenal buat saudara2ku penulis di tano batak. Sebagai halak Batak kita harus menjunjung tinggi nilai ‘budaya menghargai’. Dan sebagai sesama kaum nasrani kita hormati saudara2 kita beragama lain.
    Aku banyak membaca komentar amang Bonar Siahaan. Beliau, Seorang budayawan yg menurut aku sangat patut kita hargaii .Ide dan gagasan amang Bonar briliant. Kepekaan amang dalam menganalisa dan membuat komentar membuatku tertarik. Sebagai umat kristiani, sekali lagi kita hormati semua agama lain yg ada di NKRI.
    Kami mahasiswa yg dipangarantoan, yg kadang2 jelajah tulisan tentang budaya batak mengucapkan salam salut. termasuk kepada amang pemilik blog.Syaloom. Mauliate.

    **** Mauliate Wesly Tampubolon

  12. siUcok baba dohot di siButet Muncung nami mamparsoali karupuk dohot bon-bon do, boasa pola ikkon taparsoali tempat ibadah huroha? haro di Jerusalem Gareja dohot Mesjid marsijonohon do,jala apala sama-sama dikota nai do!!so na adong na keberatan..!! ido kan? 😀

  13. Saudara2ku, Kita harus menghormati kerukunan antar umat beragama. Jangan munculkan keegoisan atau kesinisan. Sebagai sesama umat kristiani, aku pikir saudara Togar Cristian ‘tidak perlu kasih komentar yang tidak perlu’ Komentar saudara tidak bermutu. Silahkan saudra tuliskan kebesaran2 agama kristian dengan sejarah perjalanan Nomensen. Itu lebih mendidik. Saudaraku perlu lebih dewasa dalam mencermati masalah. Jangan sampe justru saudara yang memicu timbulnya SARA. Terima kasih buat bapak yang memuat tanggapanku. SYALOOM. Horas

  14. asalma unang manggngu lingkungan soara ni masjid i molo lagi sembayang halak muslim i molo boi dang pola alani gogoni soara martamiang ai ALLAH bukan orang tuli iya ngak? jadi tidak perlu pakai pengeras suara/mig supaya tidak menganggu kepada lingkungannya. hati yg suci/kudus/jujur itu yang ALLAH mau pada umatnya bukan orang2 yang munafik.

  15. sattabi jo lae……………………………
    songon na di dok lae, Djahoeat Napitupulu (Ayah kandung Mara Qodim Napitupulu) na patupahon masjid Al’Hadhonah.
    jala las i ma masjid na naung tua na adong di tano batak.
    cuba ma lae lului sahalak na margelar ; “siGuru Kitab”.
    telusuri lae ma jo………… asa boi dapot lae lapatan ni sungkun2 hu di ginjang i……………

  16. Menurut hemat saya, Bapak Imran hanya sekedar menceritakan salah satu fakta sejarah, kebetulan yang diketahuinya adalah di tanah yang kelahirannya, yaitu Balige, sama seperti fakta sejarah tentang riwayat missionaris dan sejarah Nomensen di tano batak yang sudah banyak kita ketahui. Tulisan Bpk Imran juga membuka sebuah fakta bahwa hampir kurang lebih seabad yang lalu orang batak sudah terbuka terhadap sebuah ajaran agama yang datang jauh dari Timur Tengah sana, dan menurut saya itu menunjukkan betapa demokratnya orang Batak ini. Seabad yang lalu mereka sudah mempraktekkan istilah ‘toleransi beragama’, jauh sebelum istilah itu dipopulerkan dengan adanya Pancasila. Itu yang harus kita banggakan terhadap suku bangsa yang lain.

  17. HAL: IZIN MENDIRIKAN GEREJA

    Orang Batak yang mayoritas Kristen sangat toleran terhadap minoritas Muslim terutama di daerah Toba, Dairi, dll. Alani na terlalu toleranma, saya kira pembangunan Mesjid di hitaan tidak terkendala dengan perizinan. Bandingkan di Jawa Barat.

    Seharusnya toleransi i taorui ma saotik ate? Asa jumpang songon game theory di Matematika.

    Horas

  18. @ Lae doli sibarani

    horas,
    hira so adong do nian nigurathon napatupahon masjid Al’Hadhonanh Djahoeat Napitupulu (takkasi Laekku jo). Alai, nasida on tarmasuk ma na berperan tarsingot pengembangan ni agama Islam tarlumobi di Balige. Molo guru kitab nidok ni Lae mungkin na dikkan Porsea do ra ate ? Alana, uju ngolu ni bapatua alm. H. Bahari Napitupulu, mansai godang do hami marsirarion. Jala laos sian arsip ni natua-tua on do pinatomu-tomu tulisan on, ditambai muse sian parsirarion dohot beliau i. Mauliate.

  19. @ partali toruan

    horas,
    hira saminggu dukkon salpu taon baru, ro Lae Merdi Sihombing tu bagas nami. (alana, adong dipatupa hami sada ulaon, tarhira songon “jelajah ulos Batak”). Godang do hami marsirarion. Gabe binoto ma muse, ito ‘partali toruan’ ima boru ni Lae S.Hutabarat jonok ni masjid Al’Hadhonah Balige. Nauli ma sude, ito. Masiamin aminan jala masitungkol-tungkolan. I do sintongna. Mauliate.
    Mauliate

  20. @ diana

    tung pe dibahen mic manang pengeras soara, hira songon pabotohon naung dapot tikki (waktu) sholat do. Toho do sipata, gabe hira pagogo hu soara na. Alai, kekeliruan ni petugas na marhobas (kenaziran) masjid do i. Hinorhon ni, apala laos di obbas on, atas goarni Badan Kenaziran Masjid, ‘mangido maaf’ hami tu hamu. (mardomu, ala parhobas / sekretaris ni Kenaziran Masjid do Ahu). Jala tu amanta Lurah Napitupulu pe, nga dipasahat hami pangidoan ‘maaf’. Mauliate.

  21. oe… angka dongan boasa gabe songon namasigasipan hamu, unang annon songon na di POSO hita, sude ma hita saling manjaga dirinta be jala marmahani angka ruasta be, huhut tatiop toleransi sesama dibagasan holong.
    jala onma pangidoanta antong tu donganta MUSLIM na adong di luar ni TAPANULI, asa nasida gabe jembatan tu donganna sahaporseaon unang sai disusai jala digunturi angka halak Kristen namarkebaktian, asa mardame sonang hita. Horas jala Syalom

  22. Hal Izin Mendirikan Gereja; Tambahan

    Molo niingot do nian susah ni namargarejaon tolu hali ma ahu pindah tempat di Jawa Barat ba tolu hali ma ditutup gareja di lingkunganku. Kadang molo sai hupikkiri do naso lomo do ra roha ni Tuhan i tu Gareja au..ai nama hata ni ba akka laekku..molo nialo ai so taralo..Boi ma niantusan akka dongan naso mangalami..Molo boi nian ba lae si imran ma nian dijolo patoranghon tu akka dongan sa ugamona asa unang ditutupi doba akka gareja na lain..asi roha mamereng iba sipata.

  23. Kenapa kita membanding ke hal yg lebih buruk. Kita sudah diwariskan rasa cinta dan toleransi oleh nenek moyang kita. Orang lain memperlakukan kita dengan buruk, untuk apa kita balas dengan hal yang sama buruknya??? Apa bedanya kita dengan mereka??? Berarti sama buruknya dong. Tetaplah jadi org baik.. Ai do arta naummargai…

    Horas…

  24. Horas!!!
    Salam kenal sian ahu, kelahiran asli Sipirok lembah gunung Sibualbuali.
    Kalau ingin cerita&bukti tentang toleransi beragama tak usah jauh2 datanglah ke SIPIROK.
    Coba lihat disana ada Mesjid tua dan Gereja tua saling berhadapan (dan itu telah berlangsung ratusan tahun, Bung!), kalo ga salah beberapa tahun yang lalu pernah diadakan Sinode Godang disana.
    Dan aku sendiri muslim, Ompungku muslim dan adik serta abangnya Nasrani…TAPI kami sejak Tempo Doeloe tidak pernah tuh bermasalah dengan perbedaan yang indah itu. Kata ompungku Keyakinan itu adalah urusan manusia secara pribadi dengan yang diyakininya sebagai penciptanya.
    Oya masa kecilku dulu di Sipirok belajar mengaji di madrasyah Syiarulummahat namanya-di dekat bioskop Sibualbuali, sementara tiap hari minggu teman2ku yang nasrani belajar ke gereja…nah tiap sore kami berkumpul dan bermain bersama dengan riang gembira TANPA PERNAH mempermasalahkan “kok tempat belajar kami berbeda”.
    Makanya terkadang aku angin tulis surat ke Presiden: Jika mau belajar toleransi beragama tak usah jauh-jauh ke luar negeri TAPI datanglah ke SIPIROK!!!

    Sada dua tolu ninna guru i
    Opat lima onom mangihut sipitu i
    Roma si salapan dohot sambilan i
    Gonop ma bilangan dohot sappulu i

    Lao tu sikkola pitcuri gerep mi
    Ulang ditijuri dohot aek tijuri i
    Dumenggan do dibasu dohot aek tawari i

  25. Molo sama2 halak Batak na di Bonapasogit sahat tu Sumatera Timur, so na adong masalah dalam kerukunan Beragama.

    Alai dung di parserahan/pangarantoan, tar lumobi ma di Pulau Jawa, baru pe kaluar aslina.
    Ai molo niparate-atehon, justru dalam tanda kutip “Sebahagian Orang Batak SILOM pada khususna, dan Orang Sumatera pada umumnya” do na gabe motor Penentang Pendirian Gereja di Pulau Jawa dan daerah lain di luar Pulau Sumatera,
    Mungkin angka halak Batak Silom na adong di Perantauan/ Parserahan pada khususnya dan orang Sumatera pad aumumnya diragukan KESISLAMANNYA sama penduduk Pribumi Pulau Jawa atau penduduk di luar Pulau Sumatera???, sehingga mereka menjadi Garda terdepan dalam menentang Pendirian Gereja.
    Saya bukan orang Fanatik terhadap agama, tapi beri ruang bagi Umat Nasrani beribadah untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

    Sedangkan Orang2 yang berbuat baik saja masih mendapat COBAAN, ba lamma mangulahon NAJAHAT, angka hamaolon nama RO.

    Mohon maaf apabila tidak berkenan.

  26. Saya sering temukan orang Batak yang berpindah agama. Ada yang dari Islam ke Kristen atau sebaliknya. Saya juga pernah membaca ada orang Batak yang sudah pernah memeluk agama Kristen pindah menjadi Islam lalu beralih menajdi Parmalim…

    Kesimpulan saya, faktanya agama memang bisa diganti. Tetapi darah Batak yang sudah menjadi bagian diri kita sejak kita dikandung ibunda bisakah kita ganti?

    Horas,

  27. Bah bah bah bah….. ndada on nanihalomohon ni roha ni appara Monang umbaen na dipatupa sada blog dohot tikki nang perhatian na lumobi.
    Holan asa tau do hita marsirarion, marsituriak, marnonang jala margere gere, dang tupa jala tama molo gabe adu argumen manang patudu tudu akka gasip ni roha, palias i ate akka dongan dongan…
    Sude do hita on punya potensi untuk dikenal sebagai pareman, penjahat, siburju tobok, parasi roha dll.
    Tinggal kembali ke pribadi masing masing mau dikenal sebagai yang mana ???

    Note: Hamuliatehon ma molo dibaen donganmu tuho na hurang suman, ai mardosa do jolma na so tau patupahon balos ni na denggan sian donganna.

  28. Alhamdulillah tapi, iya kalo masjid Al-Hadhonah itu tertua di Toba??…. memang, beberapa tahun yang lalu Masjid Al-Hadhonah sudah ada di Balige. Dan direnovasi. Sekarang, masjid itu kelihatan lebih bagus daripada waktu saya pertama kali datang. Moga-moga, tetap maju deh syiar agama Islam di Balige, dan juga toleransi nya, dua jempollah!!!
    Horas,

  29. Di beberapa tempat di tanah Batak ada juga kosa kata Batak yang lain yang identik untuk masjid, yakni mandersa. Konon mandersa itu berarsitektur mirip dengan model mesjid Amal Muslim Pancasila yang digagas Pak Harto. Siapa yang bisa memberi keterangan ya?
    Terimakasih.

  30. horas balige,
    rindu sekali saya sama kota Balige, kota dimana penuh keharmonisan… ingat-ingat dulu saya masih kerja di Balige di PT. Jasaraharja tepatnya di samsat Balige, saya tinggal dan menginap di Masjid Al-hadhonah Balige, bersama teman-teman setempat.

    kenangan itu tidak pernah lupa dihati saya, dan saya sangat berharap sekali bisa berjumpa dengan teman-teman balige…. karena saya benar-benar KANGEN dengan teman-teman balig.

    Saya masih ingat teman-teman saya, MALAN, NOVAL dan rekan-rekannya. dahulu saya ikut remaja masjid di sana yang dipandu ustadz. faturrahman. moga saya dapat berjumpa dengan teman-teman lama saya di Balige. Moga Allah SWT mengabulkan doa saya….

    KANGEN DAN KERIDUAN KU TERHADAP KENANGAN BALIGE TAK BISA KULUPAKAN. sampai-sampai saya mencari situs Balige.

  31. Aku bangga deh dengan sebutan Balige, banyak hal-hal yang baik terkenang di sana:
    Bangga dengan Rumah Ibadahnya yang Artistik dan cukup Besar. Masyarakatnya saling toleran di Kota ini. Rumah Ibadahnya dari jaman dahulu hingga saat ini hanya 3 Unit saja yakni:

    1. Masdjid Al’Hadhonah di Pusat Kota Balige (Napitupulu Bagasan);
    2. Gereja Katholik St. Yosep di Pardede Onan;
    3. Gereja HKPB Balige di Onan Raja;

    Keberadaan ke 3 Rumah ibadah ini adalah mencerminkan ke Indonesiaan, dan juga memasyarakatkan keberagaman Agama kepada penduduknya disekitar Kota Balige. Penganut Agama Islam tidak lain lagi bagi penganut Katholik maupun Protestan disana demikian juga sebaliknya.

    Pada masa kecil saya di Balige, dimana umumnya masyarakat belum memiliki Jam di rumah masing-masing, sebagai petunjuk waktu yang digunakan oleh masyarakat dalam melakukan setiap kegiatannya adalah “Adanya suara dan panggilan dari Rumah Ibadah pada saat-saat tertentu untuk memulai aktifitas masing-masing” .

    Suara Azan dan Lonceng Gereja di Balige adalah merupakan suara yang sangat merdu dan harmoni dalam kehidupan kami sehari-hari.

    Selamat kepada Kota kita tercinta, BALIGE (Kota Iman, Kota Sejarah, Kota Budaya, Kota Pelajar, Kota Wisata).

  32. Banyak orang yang Batak yang sangat mengelu elukan perdamaian termasukk lae Robert Ferdinand ini. Dia ga tau di beberapa tempat di Indonesia teman nya yang BatakKristen mendapat banyak tekanan. Coba buka wawasan anda lagi dan ga usah mengatakan suara adzan di Balige adalah suara yang merdu. HKBP Pekanbaru dilarang kok untuk membunyikanlonceng

  33. Berbicara sejarah.. lari ke pembicaraan..SARa…sesama batak sudah saling singgung..Agama bisa saja berbeda tapi darah tetap BATAK..jadi mengapa masalah rumah ibadah di perdebatkan ..toh nenek moyang kita dahuly tidak mempermasalahkan ..itu karena kita memiliki ikatan persaudaraan .. yg didasarai adat dlm struktur Dalihan Na tolu

Tinggalkan komentar