PEREMPUAN BATAK MEMECAHKAN KEBISUAN

Monang Naipospos

Ketika Deak Parujar putri para Dewata minta kepada Mulajadi Nabolon untuk diberi ijin membentuk alam baru dan tinggal disana, cukup membuat para penghuni alam Dewata tercenung. Batara Guru mencemaskan kehendak putrinya itu dan mencoba untuk tidak dilanjutkan. Restu Mulajadi Nabolon tidak dapat menyurutkan niatnya atas permintaan Batara Guru yang sangat menyayanginya.

Segempal tanah alam dewata menjadi bekal, merekat kumpulan meteor angkasa menghempas ke benda yang ditabur Deak parujar hingga membentuk planet baru yang kita kenal saat ini dengan bumi.

Dialah perempuan pertama penghuni bumi yang berani menembus kesakralan alam dewata menjadi manusia. Dia kemudian dikenang sepanjang masa dalam kebudayaan batak, dirangkai dalam beragam cerita, yang pada peradaban modern disebut mitos. Itulah asal mula penyebutan “paniaran” dalam tradisi batak. Karena melalui perempuan segala sesuatunya ada di planet bumi ini.

Dalam perjalanan saya bersama Merdi Sihombing menemui seorang gadis dewasa Rosella br Pangaribuan di Pintubosi Laguboti, kami berolah pikir setelah membaca stiker di pintu rumahnya yang berkata PEREMPUAN BATAK MEMECAH KEBISUAN. Merdi memintaku untuk mengalih bahasakan ke bahasa batak, tapi tidak ada simpulan kalimat yang tepat. Kalimat itu menjadi bahan pemikiran saya untuk menemukan makna yang sebenarnya, namun lumayan susah.

Ingin rasanya menemui perangkai kalimat itu untuk mendapatkan pemaknaan yang lebih tepat, tapi tidak kulakukan. Biarlah aku kelak mencari dan mencari, mohon maaf kepada pembuat kalimat ini bila yang kuurai tidak sesuai.

Si Deak Parujar adalah sosok penghuni alam dewata yang pertama sekali dengan tegas menolak apa yang tidak dikehendakinya. Dia menepis perjodohannya dengan Odapodap karena tidak merasakan cinta. Dia yang berani meninggalkan alam dewata untuk berekspresi di alam yang belum diketahui besar atau kecil tantangan yang akan dihadapi.

Dia yang pertama sekali yang mengutarakan pentingnya mendapatkan pertolongan saat Nagapadoha meluluhlantakkan buminya. Dia yang pertama merasakan tentramnya hati saat Odapodap diutus membantunya. Dia yang pertama sekali merasakan arti perjuangan dan cinta. Dialah yang melahirkan manusia pertama di bumi hingga disebut “nai mangampu, nai mangulosi”. Dialah yang pertama menguntai serat menjadi benang, marajut benang menjadi ulos. Dialah yang melukiskan irama kehidupan dalam “gatip” melukiskan harmoni kehidupan dalam “jugia”.

Kemudian …… Perubahan jaman dari tradisional ke modern perlahan berubah. Doktrin baru muncul dengan perlakuan kepada perempuan di kelas dua. Ada mengatakan agar perempuan tunduk kepada pria. Ada yang mengasingkannya karena dianggap tubuhnya pemancing dosa. Ada yang kasihan karena kelemahan fisknya. Cara pandang terhadap perempuan dengan perkembangan pemikiran modern menyebabkan dia dikelompokkan menjadi “petugas” domestik. Melahirkan, menyusui, melayani, mengatur seisi rumah.

Namun …. pandangan para leluhur batak terhadap keagungan perempuan tetap melekat dalam sejarah permitosan, didasari ketokohan Deak Parujar. Berdasarkan itupula kepada perempuan diberi kata sandang penghormatan “badia ni ina” dan kepada laki-laki “sangap ni ama”.

Kearifan perempuan telah menjadi dasar pemikiran yang kemudian menjadi kajian ilmu pengetahuan sosial dan budi pekerti. Budi Pekerti yang menjadi keutamaan perempuan dalam rumah tangga konon kurang dimiliki laki-laki.

Kaum feminis selalu mengklaim budaya yang mendiskeditkan perempuan. Budaya yang memposisikan peremputan dalam urutan kedua.
Perempuan diklaim sebagai tersudut dalam demokrasi. Mereka tidak dilibatkan dalam membuat keputusan dalam keluarga, adat, dan ekonomi. Tidak memiliki hak waris akan rumah.
Benarkah? Sejak kapan kita melakukan ukuran? Apakah kita menggunakan parameter budaya yang trdasisional atau budaya dalam jajahan si moderen?

Kehilangan makna dan nilai kebudayaan batak menyebabkan tudingan ini gampang menyusup. Sulit dielakkan karena tidak lagi memahami kekuatan budaya dalam memposisikan perempuan sebagai decision maker.

Tulisan ini terinspirasi atas penglihatan saya kepada peran beberapa perempuan batak seperti :

Ritaony Hutajulu.
Yang memecahkan kebisuan batak manakala seni gondang dibiarkan menuju kepunahan. Dia melakukan gagasan penggenerasian pemusik batak melalui program yang dibuatnya sendiri.

Grace Siregar.
Yang memecahkan kebisuan dengan menyediakan galeri seni kepada para seniman yang tidak dipandang berarti oleh publik. Dia menyediakan rumah dengan dana sendiri untuk ruang ekspresi bagi para seniman. Baca disini

Desy Hutabarat
Yang memecahkan kebisuan, manakala perempuan itu dipandang eksklusif yang harus dibela. Pergaulannya yang luas, pandangannya dan tindakannya di ruang publik menjadi pertanda masih ada perempuan pemberani, srikandi. Baca disini

Lydia Hutagaol
Yang memecahkan kebisuan manakala ulos batak tidak begitu mendapat tempat dalam kreasi fashion. Dia merencanakan melakukan promotion penggunakan assesoi batak itu layak digunakan sehari-hari dalam peradaban moderen ini. Baca disini.

Rianthy Sianturi
Yang memecahkan kebisuan para pecinta gondang batak dan para seniman gondang batak yang hanya mampu berkata prihatin. Dia minta belajar hasapi yang selama ini didominasi laki-laki. Temuannya akan nasib gondang dan seniman gondang itu memberikan dorongan pada dirinya untuk melakukan revitalisasi dan ajakan kepada generasinya lebih berperan dalam pelestarian gondang batak. Baca disini.

Rosella Pangaribuan.
Yang memecahkan kebisuan para pecinta ulos. Dia gadis dewasa yang bertahan dalam seni tradisi manirat ulos. Kepiawaiannya membawa dirinya melakukan demo manirat di Jakarta melalui Merdi Sihombing. Di pintu rumahnya kami temukan teks PEREMPUAN BATAK MEMECAHKAN KEBISUAN.

Deak Parujar adalah inisiator dari alam dewata yang berani membuat pilihan dan keputusan. Selanjutnya perempuan batak dalam tradisi lama adalah inisiator dengan peran yang lebih luas di ruang publik dan domestik.

Ternyata saya masih menemukan perempuan hebat seperti itu di abad millennium ini. Barangkali para kaum pria dengan segala kepongahannya akan mengangap hal ini sebagai peran pengisi kekosongan para perempuan itu, namun bagi saya jelas tidak. Mereka adalah inisiator handal, layaknya “empu” Deak Parujar itu.

Saya terbatas mengamati para perempuan batak yang hebat di permukaan bumi ini. Salut buat anda. Jangan anda mengharapkan belaskasihan seperti perlakuan pemerintah saat ini yang memberikan kuota kepada perempuan di ruang publik, tapi tunjukkanlah dirimu siapa, dengan arif dan bijak, manfaatkanlah peluang itu.


Bookmark and Share

Tautan Perempuan Batak :

Lidya Semakin Cinta
Bila Boru batak Marhasapi
Apa Pesan Siboru Tumbaga
Menjamin Hak Perempuan Batak Setelah Menikah
Pesona Boru Batak

32 tanggapan untuk “PEREMPUAN BATAK MEMECAHKAN KEBISUAN

  1. Setuju kali lae…bukan cuma memecahkan kebisuan tapi juga mencerdaskan manusia batak. Baru-baru ini aku menanyakan kepada itoku yang tinggal di bonapasogit: Apakah ada di bonapasogit anak-anak yang busung lapar dan putus sekolah? Dia mengatakan belum pernah ada yang busung lapar dan putus sekolah sejauh pengetahuannya, kecuali si anak tersebut yang memang tidak mau sekolah karena bandel. Aku percaya atas informasi itoku itu karena di bonapasogit dia adalah pedagang pupuk, sehingga dia bisa tau keadaan sesungguhnya dari pelanggan – pelanggannya pada saat mereka berbelanja pupuk dan obat-obatan pertanian. Itoku ini seorang janda yang ditinggal mati laeku pada saat bere-bereku masih sekolah. Dia datang ke jakarta untuk menghadiri wisuda anaknya yang baru lulus dan langsung mendapatkan pekerjaan.

    Suatu jawaban yang menakjubkan, sementara dengan situasi ekonomi negara sekarang ini jumlah buta huruf meningkat cukup drastis (sorry aku lupa jumlahnya) dan dari media cetak maupun elektronik sering kita tau begitu banyak anak-anak yang busung lapar karena kekurangan giji.

    Di bonapasogit, ibu-ibu tersebut tidak pernah bergantung pada suaminya untuk menghidupi anak-anak mereka. Seperti yang kita ketahui, bapak-bapak adanya di lapo, walaupun bukan semuanya. Para ibu tersebut mau mengerjakan pekerjaan sekasar apapun demi anak-anaknya.

    Aku juga produk dari seorang ibu yang “memecah kebisuan” karena bapaku terserang stroke sehingga tidak produktif lagi.

    Horas

  2. Konsep emansipasi perempuan yang diteriakkan dari Barat sangat tidak dibutuhkan di tengah-tengah Bangso Batak. Seperti substansi tulisan laeku ini, sedari dulu kedudukan dan peran perempuan Batak sudah demikian penting. Bedanya dengan Barat, kita tidak pernah memandang gender dalam hubungan yang terpisah dan lepas.

    Bukan menyangkal adanya pembelengguan terhadap perempuan Batak, tapi dasarnya bukanlah sikap melecehkan terhadap perempuan seperti yang umum terjadi di kebudayaan Arab, sekadar contoh saja.

    Perempuan Batak ditempatkan dalam peran domestik adalah kearifan lama di zaman agraris; demi survival. Sekarang, setelah orang Batak pada umumnya lepas dari ancaman kematian karena kelaparan dan kemiskinan, peran perempuan sudah menjadi lebih penting dan integral dalam keluarga.

    Kesetaraan bukan lagi isu yang menarik di Bangso Batak; kecuali bagi yang salah mengartikan kesetaraan dengan kesamaan. Di sinilah gerakan emansipasi perempuan di Barat terpleset dan akhirnya disorientasi : karena menuntut agar perempuan sama dengan pria. Itu akan membuat umat manusia punah, bukan ?

    Salut untuk Lae Naipospos atas tulisan yang menggelitik dan menggerakkan ini.

    Horas
    Raja Huta

  3. Wah, pak Monang sepertinya tidak fair nih. Mana nama ibu Tiar br. Manurung, Naipospos? Karena atas dukungan beliaulah blog ini eksist untuk memecah kebisuan berbahasa batak murni.

    *** Terus terang kedan, karena aktifitas mereka yang saya sebut makanya saya “seperti” menemukan jawaban dari kalimat sakti itu. Selama ini kan tak pernah terpikirkan oleh saya. Saya beri contoh itu karena publik sudah tau apa yang dilakukan. Kalau boru Manurung yang dirumah hanya saya yang tau đŸ˜€ Penjelasannya kan semakin luas seperti komentar para teman kita Marudut, Robert dan Farida. Memang inangudam mendukung do torus. đŸ˜‰

  4. Bagiku, wanita paling hebat di dunia ini adalah wanita batak. Karena sesakit apapun kehidupan ini tidak membuat mereka menyerah terutama kalau sudah menyangkut kehidupan anaknya. Ada beberapa temanku yag ditinggal mati bapaknya masih kecil dan mereka kakak beradik banyak. Ditengah kedukaan dan himpitan ekonomi yang tidak mendukung, ibu mereka mulai dari subuh sampai malam bekerja banting tulang dan sekarang si anak sudah mandiri, tetepi si ibu tetap bekerja untuk cucunya. Aku juga pernah melihat sebuah pemandangan yang sangat mengharukan tapi membuatku sangat hormat dengan wanita itu. Tahun 2005 aku pergi ke Muara. Saat itu matahari sangat terik. Nampak seorang ibu sedang mencangkul di sawah dan digendongannya ada seorang bayi masih merah sedang tertidur. Tidak jauh dari tempat dia mencangkul, nampak seorang laki-laki duduk sambil merokok… Sungguh pemandangan yang luar biasa sekaligus menyedihkan. Dan sepulang dari sawah, si ibu itu harus memasak dan mengurus keluarganya. Sungguh perjuangan yang luar biasa.

    Jadi, wanita batak adalah wanita hebat dan tangguh di dunia ini.

    *** Betul ito.

  5. Sangat setuju.
    Saya kenal beberapa dari nama yang disebutkan Tulang Naipospos.
    Mereka sangat percaya diri dan bangga atas jati dirinya.

    Bila mereka ada disuatu tempat, mereka memecah kesunyian itu.
    Itu aku lihat.

  6. Wah, jadi malu aku tulang, belum berbuat apa-apa sudah disebut-sebut. Tapi, makasih ya tulang atas tulisannya di atas. Gimana kabarnya di Laguboti, tulang?

    @Farida Simanjuntak
    Benar sekali, saya setuju. Dengan kadang-kadang mengesampingkan perasaan dan kepentingannya sendiri, rela berjuang demi keluarga. Temanku pun ada yang ditinggal mati bapaknya, 11 orang bersaudara, hanya mama-nya yang membesarkan mereka. Tapi tidak semua begitu kan? Tetap ada saja beberapa wanita Batak yang memiliki karakter yang sebaliknya.

    *** Setidaknya mendukung inspirasiku menuliskan itu yang sudah lama tersimpan. Kami sehat2

  7. Horas…
    Saya jadi ingat waktu pulang kampung ke Tarutung, bertahun tahun lampau…waktu itu saya masih remaja.
    Ada satu lapo tuak dekat kali sebelum jembatan panjang, kalau tidak salah namanya lapo jitar, jitor…atau …yang betul ujungnya R.
    Disana banyak laki laki minum tuak, sambil bermain gitar dan bernyanyi…..waktu itu 03PM, didepannya ada gereja yang sekelilingnya sawah….banyak perempuan bekerja di sana…..,lalu saya bertanya pada Bapak “mengapa laki laki tidak bekerja membantu perempuan di sawah?….it’s not fair…!!!”.
    Bapak sebentar bingung dan sedikit tersenyum bilang “mereka laki laki sedang sibuk berdiskusi tentang bagaimana membuat hidup perempuan lebih senang…”.
    Saya tau Bapak bohong, dalam hati saya berjanji tidak pernah seperti itu kepada perempuan…semoga sekarang sudah tidak begitu…..
    Full respect to Bataks woman, kamu yang terhebat.
    Terima kasih
    Nirwan Panggabean – Bahamas.

  8. @ Lae Naipospos

    Saya rasa saya jujur berkata “boru batak is the best”. Buktinya sudah sepuluh 10 saya jadi suami seorang boru Batak.

    Karena itu ada pantun:

    Raja Haji dari Bintan
    Mencari isteri hingga ke Asahan
    Memang rupawan boru sileban
    Tapi boru batak tetap number one…

  9. Loh…koq isi suratnya dan pantunnya sama.ya, sudah koling-kolingan ni yach…

  10. Sude do hita setuju boru batak na hebat, pejuang tangguh tu keluarga, ido ra umbaen na digoari “parsinonduk bolon”. Ai ibana ma ina na mangalehon “hangoluan siganup ari” tu keluarga.

    Alai, adong do sungkun-sungkun dibagasan roha, boasa ia dung muli si boru i, gabe ingkon mangihuthon sinondukna ibana, gabe songon na so tarida be eksistensi ni si boru. Ai nunga di “alap” ibana.

    Atik na adong do hubunganna tu Kultur Barat, na maninggalhon goar sihadakahonna gabe mangihuthon goar ni sinondukna. (to be husband’s family name). Ito boru Siallagan ma ra na umboto on.

    Great to boru Batak.

  11. Loh koq aku sich..Ito Togar…Aku tuch..nggak ahli sejarah..Apa ya…hmmm Ya, memang dari sononya begitukan, kalau bila sudah berumah tangga mengikuti nama suami..ya nggak orang Batak saja atau bule,,jawa jugakan ikut nama suami kan…ya…
    Tapi disini…tuch ada juga yang pakai klen/marga orang tuanya…Ada beberapa perempuan Batak yang pakai klen/marga orangtuanya..tapi kalau untuk pengurusan surat2 resmi/pemerintah pakai klen/marga suami..Seperti saya untuk sehari-hari -…yach saya pakai marga saya. Biasanya kan kalau di orang kita Batak itu…mereka pakai seperti ini contoh Ny. Wilson Hutagalung (nama suami total). Nah…kalau disini beda tuch..contoh saya ..Mrs.Rondang Tonkin…bukan Mrs. John Tonkin…
    Untuk suku atau dari negara manapun yang tinggal disini …ya begitu…nama sendiri dan marga suami…
    Misalnya ada surat untuk kami berdua …ya ..alamatnya Mr.John and Mrs Rondang Tonkin bukan..Mr/Mrs John Tonkin..belum pernah saya temui seperti itu. kecuali kalau surat dari Organisasi Batak/Indonesia…Mr/Mrs John Tonkin.

    O..ya, Ito Togar…di Surabaya dimananya tinggal..Apakah daerah Manyar, Bendul Merisi, Wonokromo, Wonocolo,Tegal Sari, Kedondong…Saya pernah tinggal 2,8 tahun di Surabaya..Daerah Perak…Jalan Ikan Mungsing ( 1984 s/d Okt 1986) Kuliah di Akademi Pariwisata Bendul Merisi..Bagaimana keadaan Surabaya dan HKBP Kedondong sekarang?. Yach.. teman yang masih ingat ..Henny Willem Pattiselano (teman GMKI) dan Darwin Sinaga (teman naposo Sinaga/Ketua Naposo Sinaga). Ada nggak Ito kenal dengan nama tersebut?…

  12. Tulang,
    na toho, parsinonduk bolon, atau parsonduk bolon?
    Mauliate tulang, telah membuat tulisan yang mudah-mudahan bisa menggugah hati siapa saja, yang selama ini memandang perempuan sebagai manusia kelas dua, kalangan “eksklusif” yang “memang” sensitif, cengeng,lemah.
    Mulai dari tulisan seperti ini, mudah2an membawa “atmosfir baru” untuk para lelaki dalam menyikapi keberadaan wanita.
    Aku yakin, para pria yang menganggap wanita “eksklusif” itu, tidak ada disini. Porlu do tong tulang, molo mar itternet tulang, sipata hara akka ama-ama na dihutanta, asa unang lalap di lapo (lapangan politik) nasida, asa sahali-sahali di bereng nasida, akka gebrakan naung dibahen akka borua.
    Horas

    ***
    Parsonduk bolon do. Molo “Sinonduk”, suami do i. Hata parsinonduk dang apala somal didok ai dang adong lapatanna.
    Amanta Bonar Siahaan ma sada na berhasil hutogu tu internet, dao do hutana di pat ni dolok Siboruon. Dung hea dicatut goarna gabe agak malas, alai sai hujou do asa ro. Molo angka natumua, nunga maol ajakon, alai angka naumposo nunga lam godang nuaeng blogger sian Tobasa. Angka singkola nuaeng pe nunga holan na di internet. Di balige nunga adong 4 warnet, naeng tamba dope bahenon ni lae Imran. Di Laguboti adong sada.
    Nanget-nanget ito lam tu majuna do i.
    Horas

  13. Toho do ito “Partali toruan”, “parsonduk bolon” do na sintong, salah ketik iba ala humalaput, tuani ma nunga dipatangkas amanta Naipospos.

    @Ito br. Siallagan,
    Bah baru dope hami di Surabaya ito, tar hira 14 taon dope. Molo tingki ito di Surabaya, ra hauma saba dope parjabuann nami saonari di Tenggilis, ima antara Wonocolo tu Rungkut (SIER).

    Ndang sanga dope hami marsitandaan dohot donganmuna i. Ia hami tercatat di HKBP Manyar.

  14. Membaca bagi orang tua mungkin hanya sebagai hiburan,tapi bagi yang muda mutlak untuk ilmu pengetahuan.
    Falsafah Batak mengatakan “Ndang boi raja ama i anggo dang pinaraja ni ina”. Bila kalimat ini kita simak , mutlak peran wanita menentukan keberadaan suami,atau dengan kata lain “laki-laki tak dapat berbuat banyak tanpa peran sang isteri” Maka emansipasi wanita dalam budaya batak sebenarnya sudah tidak menjadi permasalahan sebab dari zaman nenek moyang orang batak ,wanita telah setara dengan lelaki dalam arti yang luas tanpa bisa menghilangkan ke “wanita”annya.
    Saya mengucabkan terimakasih kepada “amanta” Ir Monang Naipospos telah mengenalkan internet di kehidupanku hingga saya masih sempat melihat tehnologi informasi pada zaman millenium ini.
    Salam buat seluruh pongunjung blog ini.

  15. Sattabi tu Hita sude..

    Lao patakkason taringot pasinonduk bolon : ahu nga tubu di pangarattoan, jadi dang pola baggas pangantusionku taringot falsafah dohot tu gaya hidup parngoluan di akka na markaluarga

    husambung muse dohot bahasa melayu ;

    Memang dari realitas yg ditampilkan di berbagai desa yg ada, agak kontras terlihat, adanya penyimpangan yg terjadi dalam hubungan dan status praktek hidup sehari-hari. Misalnya, dalam hal memask, membersihkan rumah, ke ladang, menbesarkan anak-anak dan mencari penghidupan ekonomi

    Tetapi idealnya, filosofi kita memberi arti bahwa ada pandangan kesetaraan antara pria wanita

    dan bukan kesamaan ; apalagi secara fungsional

    Mungkin yg perlu dilengkapi adalah; koreksi pemahaman kita yang terbelah. Sistem patriak yg menurunkan garis laki2, dan masalah pemerian atribut pada sebuah keluarga, seakan akan menghilangkan keberadaan wanita batak ?

    Sudah di jelaskan oleh kawan2 di atas
    Maksudku hanya ingin mensintesakan; bahwa pandangan kitalah yg harus dikoreksi; karena garis keturunan itu satu hal, tetapi dengan adanya Perempuan, keberadaa Bapak menjadi ada/eksis di dalam konteks dalihan natolunya

    Itulah sisi hari
    siang malam

    itulah sisi manusia
    pria waniita

    satu dua satu dua satu

    he he e
    miduk hutabarat
    di medan
    bagian barat nusantara indonesia

    salam buat kita semua

    ijinkan aku menyapa kita semua;
    pomparan teta bulan isombaon

    bangkitlah bangsa batak
    Mari Kita Jayakan Negri ini

  16. “PEREMPUAN BATAK DAPAT MENGHANCURKAN KEBISUAN”

    Martha Lena Napitupulu”MARTHA ULOS”yang menghancurkan kebisuan, sudah melakukan ber-ulang kali, mempromosikan ulos Batak keseantero dunia.Seorang ibu rumah tangga yg tak punya basic fashion jg ilmu tekstil hanya berbekal naluri bisnis dan akhirnya banyak perempuan BATAK saat ini yg mengikuti jejaknya.

  17. Saya sangat setuju dengan Nirwan Panggabean, sampai saat ini pun masih ada keadaan seperti itu, contoh nyata, dikampung kami hanya kaum perempuan yang lebih bertanggung jawab terhadap keluarga, pagi buta kaum ibu udah bangun dan memasak serapan pagi untuk keluarga, belum lagi hari terang sudah pergi kesawah/ladang sambil membawa bontot, mereka akan terus bekerja sampai hari gelap, dan pulang kerumah, dan memberesi semua keadaan rumah, masih mending kalau ada anaknya yang bisa memasak, kalau belum harus si ibu itu lagi yang memasak, dan yang paling sering menanyakan anak-anaknya tetntang sekolah atau keadaannya adalah kaum ibi, kalua laki-laki paling2 pergi kesawah/ladang jam 10 pagi dan udah pulang jam 5 sore, terus pergi ke lapo tuak sampai jam 11 malam, sampai kerumah mau makan harus diladeni isterinya, kejadian ini nyata sampai sekarang, saya pribadi sedih melihatnya tapi apa boleh buat, karena saya tidak mampu untuk mengobah semua itu, Jadi saya sangan mendukung sekali bagi kawan kawan mengatakan boru batak is the BEST..

    Horas….

  18. Horas inang baju Rosella Pangaribuan,

    Tidak dapat dipungkiri bahwa aktivitasmu untuk terus menekuni pekerjaan MANIRAT ulos batak sejak 30 tahun lalu telah menjadi penopang kehidupan keluarga di Pintubosi. Suatu bukti bahwa perempuan batak adalah orang yang senantiasa berjuang dan tidak mau bergantung pada keadaan. Hanya, adakah mental dan spirit yang seperti ini masih dipunyai oleh boru batak yang sudah lahir dan besar di kota besar? Para orangtua dituntut untuk dapat mendidik boru nya dengan paradigma untuk siap menghadapi setiap tantangan kehidupan yang akan datang. Pada umumnya, banyak orang batak masih menganggap bahwa boru batak adalah the BEST tapi saya juga mengetahui adanya boru batak yang tidak siap untuk mencuci piring sekalipun karena sejak dari kecilnya sudah di”manja” oleh pangurupi. Adakah orangtua menyadari hal ini?
    Horas
    Togar Pangaribuan, Pondok Kelapa Jakarta Timur

  19. Bang, kalo perempuan batak memecahkan kebisuan sudah lumrah. Karena banyak juga boru batak yang suka riang bahkan sampai terkesan “cerewet”. Tapi sadarkah kita – kalo bisa kita liput sama2 bang – tentang boru batak memecah batu di tepi danau toba balige.

    *** Setuju. Di Lumban Silintong pemecah batu umumya perempuan

  20. Horas Bang !
    Isi blognya menarik buatku, terutama yang berkaitan dengan sejarah dan gerakan perempuan Batak. Nanti boleh aku ambil untuk blog kami kan ? tentu dengan menyebut sumbernya.

    Jabat Erat,
    Lely
    HAPSARI Sumut

  21. Horas,
    sangat menarik membaca semua tanggapan dari pada pembaca blog ini,
    saya sempat benci dengan laki laki batak, yah karena itu tadi, saya melihat ibu ibu setiap hari banting tulang, pergi pagi pulang malam, sementara bapak bapak ngapainnn??
    nongkrong dilapo tuak dari pagi sahat tu bodari.

    sudah lama tidak kebalige, saya kira setelah jadi kabupaten, sudah tidak ada lagi ibu ibu yang memecah batu seperti dulu tahun 1999
    Bravo untuk Perempuan, khususnya Perempuan Batak.

  22. ima naboi idaon sian piga-piga survey….alai sasintongna, gumodang sian survey i do ina ni halak batak manungkoli huhut padimundimun keluargana, dingolu pardagingon dohot di ngolu partondion.manang dohonon ma, holan goar do ama songon kepala rumah tangga, alai ndang ama i namemanejemenisasi keluarga i, ina i do. para ibu, merupakan pahlawan keluarga yang sesungguhnya. horas

Tinggalkan komentar